ASPIRATIF.ID — Program Studi Magister Damai Dan Resolusi konflik (MDRK) Sekolah Pascasarjana USK Gelar Kuliah Pakar Dengan tema “Pathways to Peace: Dialogue, Justice, and the Politics of Reconciliation” mendapat sambutan hangat dari para mahasiswa baru dan para peserta dari institusi mitra Sabtu (16/8/2025).
Koordinator Program Studi MDRK, Dr. Masrizal, S.Sos.I., M.A, dalam sambutannya berharap dengan kuliah perdana yang langsung dari pakar tersebut menjadi satu pemicu yang baik bagi mahasiswa baru.
Ia juga menyampaikan bahwa sehari sebelumnya juga mahasiswa disuguhkan dengan keikutsertaan mahasiswa baru MDRK di Konferensi internasional ICAIOS X yang berlangsung di BSI Landmark yang juga menghadirkan para pakar dari luar negeri Prof. Askandar Kamaruzzaman, (Universiti Sains Malaysia), dan dari dalam negeri dipanelkan dengan pengajar Prodi MDRK, Prof Azhari dan Suraiya Kamaruzzaman.
“Tentu Kedua even akademik dilevel internasional tersebut membuat para mahasiswa merasa sangat beruntung memilih program studi MDRK sebagai tempat belajar menggali ilmu pengetahuan dibidang perdamaian dan resolusi konflik,” kata Dr. Masrizal.
Sambutan juga disampaikan Direktur Sekolah Pascasarjana USK, Prof Dr. Hizir Sofyan. Ia menyambut baik even kuliah pakar internasional yang menghadirkan dua narasumber yang berkompeten dibidangnya.
Pasalnya ,even kuliah pakar tersebut menjadikan Program studi MDRK menjadi Prodi yang terkemuka nantinya di Aceh, khususnya dibidang laboratorium konflik, karena kearifan lokal di Aceh ada dua yakni, pertama Aceh sebagai laboratorium sosial dibidang Konflik dan kedua Aceh dikenala sebagai laboratorium kebencanaan.
“Kedepan diharapkan kuliah pakar ditingkat internasional tersebut agar terus menjadi kajian rutin Prodi MDRK,” kata Prof.Hizir.
Selanjutnya, Kuliah Pakar di moderatori oleh Prof. Dr. Cut Dewi, Tenaga pengajar Prodi MDRK yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam memfasiltasi even internasional.
Kuliah diawali dari paparan pertama dengan tema “Autonomy, Accommodation and Conflict Resolution:Twenty years of Peace in Aceh and Its Lessons for Asymmetrical Governance in Southeast Asia” oleh Prof. Jacques Bertrand, yang sangat senang mendapat ruang berbagi pengetahuan pengalaman penelitiannya dibidang konflik dengan para mahasiswa, dosen dan institusi mitra.
Bethrand menjelaskan tentang unikalisasi dari kajian konflik di Indonesia (Aceh dan Papua), Bangsa Moro Philipina dan Karen, Chin, Shan, Rakhine di Myanmar.
Kesempatan kedua, paparan dengan tema “Aceh Conflict and Peace” disampaikan oleh Munawarliza, Juru runding MoU Helsinki.
Diawali penyampaianya yang ikut mengapresiasi lahirnya Prodi MDRK di Aceh, karena prodi ini memiliki magnit baik bagi Indonesia maupun dunia, karena Aceh punya pengalaman panjang untuk diceritakan kepada pembelajar di dunia.
Dimulai materi dengan menjelaskan pentingnya pengetahuan dibidang perdamaian dan resolusi konflik sebagai modal dasar bagi pembelajar di Aceh dalam memperkuat kemampuan sumberdaya manusia dalam bernegosiasi baik ditingkat lokal, nasional dan internasional.
Ia menjelaskan tentang proses dialog yang melibatkan Henry Dunant Center (HDC) hingga finish dengan NGO Crisis Management Initiative (CMI) yang dipimpin Martti Ahtisaari.
Acara Kuliah pakar ditingkat internasional tersebut dihadiri oleh mitra prodi MDRK yakni perwakilan dari Dinas Pertanahan Aceh, Kemenkum HAM Aceh, KKR Aceh, BRA Aceh, Dinas Sosial Aceh, Kesbangpol Aceh, Prodi Sosiologi Agama, Prodi Ilmu Politik dari UIN Ar-Raniry, dan LSM terkait lainnya.[]
