ASPIRATIF.ID – Pemerintah Aceh semakin serius mendorong ekspor komoditas unggulan seperti hewan, ikan, dan tumbuhan sebagai solusi mengatasi ketergantungan terhadap transfer dana pusat. Langkah ini diambil di tengah tekanan inflasi yang terus meningkat, mencapai 3,11% year-on-year per April 2025.
Plt. Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir, menegaskan bahwa ekspor menjadi kunci pertumbuhan ekonomi baru.
“Kita tidak bisa terus bergantung pada bantuan pusat. Ekspor adalah jalan untuk menciptakan lapangan kerja dan menstabilkan harga,” ujarnya dalam Sosialisasi Percepatan Ekspor (Go-Ekspor) di Kyriad Muraya Hotel, Kamis (22/5).
Nasir mengungkapkan, Aceh kini membidik pasar non-tradisional seperti Timur Tengah, Eropa, dan ASEAN. Untuk mendukung hal ini, pemerintah menyederhanakan perizinan ekspor, memperkuat layanan karantina, serta intensif melakukan pendampingan bagi pelaku UMKM.
“Kami juga aktif mempromosikan produk Aceh melalui misi dagang dan pameran internasional. Tujuannya, meningkatkan nilai tambah komoditas lokal agar bisa bersaing di pasar global,” tambahnya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi Aceh terus merangkak naik, dari 1,53% pada Maret 2025 menjadi 1,61% di April. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan melemahnya daya beli masyarakat.
“Ekspor tidak hanya membuka devisa, tapi juga menggerakkan industri olahan yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja,” jelas Nasir. Ia menekankan, sosialisasi Go-Ekspor hari ini menjadi langkah awal untuk membangun kolaborasi antara pelaku usaha, regulator, dan instansi terkait.
Khairil Syahrial, Ketua Komisi II DPRA, yang hadir dalam acara tersebut serta pejabat lainnya, menyambut baik langkah ini.
Nasir menutup dengan pesan tegas: “Go-Ekspor bukan sekadar slogan, tapi gerakan nyata. Kita ingin dunia mengenal Aceh bukan hanya sebagai daerah konflik, tapi sebagai penghasil produk berkualitas tinggi.”
Upaya ini diharapkan tidak hanya mengerek pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat kemandirian Aceh di tengah gejolak ekonomi nasional.[]