ASPIRATIF.ID — Kualitas udara di DKI Jakarta, hari ini, Sabtu (17/5/2025), masuk kategori tidak sehat. Khususnya, bagi kelompok sensitif dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, Jakarta menjadi yang terburuk kesebelas di dunia pada Sabtu pagi ini. Adapun indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 114.
IQAir mencatat, kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Lahore, Pakistan dengan indeks kualitas udara di angka 171. Kemudian di urutan kedua diikuti Kota Kuwait, Kuwait di angka 160.
Selanjutnya di urutan ketiga diikuti Chengdu, China di angka 158. Lalu di urutan keempat ada Dubai, Uni Emirat Arab di angka 153.
Diketahui, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia. Seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.
“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Dan Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto baru-baru ini.
“Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” ujarnya. Ia menambahkan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.
Asep mengatakan penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Ia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.
DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors). Sehingga ke depan pemantauan lebih luas dan akurat.[]
