Oleh : Anis Syahputra, S.HI (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Labuhanhaji Timur)
Setiap tanggal 23 Juli, bangsa Indonesia memperingati Hari Anak Nasional. Peringatan ini bukan hanya sekadar bentuk penghargaan atas hak-hak anak, tetapi juga menjadi pengingat tanggung jawab kolektif keluarga, masyarakat, dan negara dalam memastikan anak tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh kasih sayang.
Dalam pandangan Islam, anak bukan hanya keturunan biologis, melainkan amanah suci yang harus dijaga, dididik, dan diarahkan dengan benar dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Anak juga juga ujian yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur’an :
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap orang tua bertanggung jawab atas keselamatan spiritual dan moral anak-anaknya.Dalam tafsirnya, para ulama menekankan bahwa tanggung jawab ini mencakup pendidikan, pembinaan akhlak, dan perlindungan dari pengaruh buruk lingkungan.
Rasulullah SAW juga bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memperkuat bahwa orang tua memiliki kewajiban utama dalam menjaga dan mendidik anak. Anak adalah amanah yang tidak boleh disia-siakan, kegagalan dalam menjalankan peran sebagai pendidik utama dalam keluarga bisa membawa dampak buruk tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi masa depan masyarakat.
Hari ini, banyak anak Indonesia masih hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, terpapar kekerasan fisik dan verbal di rumah. Mengalami eksploitasi di lingkungan kerja atau media digital. Kehilangan kasih sayang karena kesibukan orang tua.Minim pendampingan dalam pendidikan karakter dan keimanan.
Maka Hari Anak Nasional harus menjadi muhasabah nasional dan keluarga.Sudahkah kita mencintai anak sebagaimana Islam mengajarkan?.Sudahkah kita menjadi rumah paling aman bagi jiwa dan akhlaknya?.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan: “Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya suci, mutiara yang bersih, yang siap menerima apa pun yang ditanamkan padanya.”
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, juga pernah berkata: “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”
Beberapa langkah konkret muhasabah keluarga dalam memperingati Hari Anak Nasional yang bisa dilakukan antara lain, bangun komunikasi yang Hangat dan terbuka. Ajarkan nilai agama sejak dini.Ciptakan rumah sebagai tempat aman dan nyaman bagi anak.Dan jadilah teladan kawal anak dalam era digital
Hari Anak Nasional 2025, adalah momentum yang tepat untuk merefleksikan peran dan tanggung jawab kita sebagai orang tua dan anggota masyarakat dalam menjaga dan membimbing anak-anak.
Dengan melakukan muhasabah keluarga dan berusaha menjadi orang tua yang baik, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Semoga peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 ini tidak berhenti sebagai seremoni, tetapi menjadi langkah nyata untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab di hadapan Allah dan bangsa. Karena sejatinya, anak-anak kita adalah investasi akhirat yang tak ternilai.“Didiklah anak-anakmu untuk zaman mereka, bukan untuk zamanmu.” (Ali bin Abi Thalib RA).
Wallahu’alam Bissawab.[]
