Kehidupan modern menawarkan kecepatan, tuntutan, dan kebisingan yang tiada henti. Di tengah derasnya arus dunia digital, manusia justru semakin rentan mengalami stres, kecemasan, dan perasaan hampa.
Tak sedikit yang mencari pelarian pada hiburan semu, bahkan cara-cara instan untuk menenangkan jiwa. Padahal, Islam telah lama menawarkan terapi jiwa paling hakiki: zikir, yaitu mengingat Allah.
Allah berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Zikir adalah jalur langit yang selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin menghubungkan hatinya dengan رب العالمين, kapan pun dan di mana pun.
Zikir: Jalan Menuju Ketenangan Hati
Zikir bukan sekadar lafaz yang dilantunkan, tetapi proses menghadirkan Allah dalam hati dan pikiran. Zikir adalah dialog batin antara hamba dengan Tuhannya. Ia menjadi penawar kegelisahan dan pembersih noda-noda hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berzikir, seperti orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam kehidupan yang sibuk, zikir dapat menjadi rem sekaligus penyeimbang. Ia memberi ruang bagi diri untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, mengisi ulang energi ruhani, dan kembali fokus pada tujuan hidup yang hakiki.
Praktik Zikir di Era Sibuk
Ada banyak cara untuk menghidupkan zikir di era sibuk ini, bahkan tanpa harus meninggalkan aktivitas keseharian. Di antaranya:
1️⃣ Zikir selepas shalat fardhu
Membiasakan istighfar, tasbih, tahmid, takbir, dan membaca ayat kursi setelah shalat adalah fondasi penting.
سُبْحَانَ اللهِ ٣٣، الْحَمْدُ للهِ ٣٣، اللهُ أَكْبَرُ ٣٤
2️⃣ Membaca zikir pagi dan petang
Rangkaian zikir pagi-petang melindungi diri dari kegelisahan dan gangguan.
(Hisnul Muslim / doa-doa ma’tsur lainnya).
3️⃣ Mengisi sela-sela waktu dengan tasbih & istighfar
Saat di perjalanan, menunggu antrean, atau sebelum tidur, biasakan lisan untuk beristighfar:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ…
4️⃣ Shalat sunnah rawatib (qobliyah & ba’diyah)
Shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib tidak hanya menjaga kualitas ibadah, tetapi juga sebagai jeda spiritual di antara kesibukan duniawi.
Zikir: Bukan Hanya Lisan, Tetapi Hati
Zikir yang paling sempurna adalah zikir yang menghadirkan hati. Imam Al-Ghazali membagi zikir ke dalam tiga tingkat:
Zikir dengan lisan saja (paling rendah).
Zikir dengan lisan & hati (lebih baik).
Zikir dengan hati sepenuhnya (tertinggi), di mana hati selalu ingat Allah bahkan saat lisan diam.
Maka marilah kita tingkatkan kualitas zikir kita, dari sekadar kebiasaan menjadi kebutuhan, dari rutinitas menjadi kesadaran.
Di era sibuk ini, banyak orang kehilangan arah dan merasa kosong karena memutus jalur langit. Padahal, Allah selalu dekat, lebih dekat daripada urat leher kita.
Dengan zikir, kita membangun kembali komunikasi dengan-Nya, memperoleh ketenangan, keteguhan, dan kekuatan jiwa untuk menghadapi kehidupan.
Jangan biarkan diri larut dalam kesibukan dunia hingga melupakan Allah. Jadikan zikir sebagai terapi jiwa, sebagai cara kita menghubungkan hati ke langit, menuju ridha-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).[]
