ASPIRATIF.ID – India kembali mencatat lonjakan kasus Covid-19, terutama di kota-kota besar seperti Mumbai, Chennai, dan Ahmedabad. Meskipun total kasus secara nasional masih tergolong rendah dibandingkan masa puncak pandemi, peningkatan ini menjadi perhatian serius otoritas kesehatan.
Menurut laporan Times of India pada Kamis (22/5/2025), lonjakan kasus saat ini dipicu oleh munculnya dua subvarian baru yang lebih cepat menular.
Di Mumbai saja, sebanyak 95 kasus baru dilaporkan sepanjang Mei 2025. Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan total 106 kasus yang tercatat di seluruh negara bagian Maharashtra sejak Januari hingga April tahun ini. Setidaknya 16 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Covid-19 tetap menjadi ancaman
Meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi berakhir sejak Mei 2023, Covid-19 masih menyebar secara global dan menjadi penyakit endemik.
Di India, sebagian besar kasus terbaru bersifat ringan, tetapi kelompok rentan tetap disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Para ahli menyerukan masyarakat—terutama lansia, ibu hamil, dan penderita komorbid—untuk kembali menjalankan langkah pencegahan dasar seperti mengenakan masker di ruang tertutup, mencuci tangan secara teratur, dan menghindari kerumunan.
Dua varian baru jadi pemicu
Times of India melaporkan bahwa lonjakan kasus saat ini sebagian besar disebabkan oleh dua subvarian baru, yakni OF.7 dan NB.1.8.
Keduanya merupakan turunan dari varian JN.1, yang termasuk dalam keluarga besar Omicron. WHO telah mengklasifikasikan JN.1 sebagai “variant of interest” karena penularannya yang cepat.
Meskipun belum menjadi “variant of concern”, dua turunannya kini berada dalam pengawasan global karena penyebarannya yang agresif. Di Singapura, misalnya, infeksi meningkat 28 persen dalam sepekan yang berakhir pada 3 Mei 2025. Sementara itu, Hong Kong mencatat lonjakan positif Covid-19 dari 6,21 persen menjadi 13,66 persen dalam empat minggu terakhir.
Penurunan imunitas dan mobilitas sosial jadi faktor
Selain varian yang lebih menular, para ahli menyebut menurunnya kekebalan dalam populasi juga berperan dalam lonjakan kasus. Kekebalan dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi yang pernah diterima mulai memudar seiring waktu.
Faktor tambahan seperti meningkatnya aktivitas sosial, relaksasi protokol kesehatan, dan kemungkinan pengaruh musim turut mempercepat penyebaran virus.
Gejala masih ringan, tapi tetap harus diwaspadai
Gejala yang dilaporkan pada kasus infeksi subvarian baru ini umumnya mirip dengan infeksi Omicron, meliputi: Sakit tenggorokan, batuk ringan, kelelahan dan demam.
Namun, kehilangan indera penciuman dan perasa—yang dulu banyak terjadi pada varian Delta—tidak ditemukan pada subvarian OF.7 dan NB.1.8.
Sebagian besar kasus tetap ringan, terutama pada individu yang sudah divaksinasi. Namun, kelompok berisiko tinggi masih rentan mengalami komplikasi.
Dengan tetap waspada dan menjalankan protokol kesehatan secara konsisten, masyarakat diharapkan dapat menekan laju penularan varian baru ini dan melindungi kelompok yang lebih rentan.[]
Sumber : Kompas.Com
