ASPIRATIF.ID – Polemik defisit anggaran di Kabupaten Aceh Selatan kembali mencuat. Dalam beberapa pernyataan publik, Bupati Aceh Selatan terkesan menyalahkan pemerintah periode sebelumnya atas kondisi keuangan daerah yang memburuk.
Namun, sejumlah kalangan menilai sikap itu kontraproduktif dan jauh dari semangat kepemimpinan solutif yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
“Pemimpin itu diukur dari kemampuannya menyelesaikan masalah, bukan dari kemahirannya mencari kambing hitam,” tegas Mahdi Arifan Mantum HMI Cabang Tapaktuan,Minggu 3 Agustus 2025.
Berdasarkan data yang dihimpun dari dokumen APBK, Aceh Selatan mengalami defisit anggaran signifikan dalam dua tahun terakhir.
Efeknya sudah terasa. Sejumlah proyek fisik tertunda, pelayanan publik tersendat, dan kegiatan strategis daerah terancam tak berjalan maksimal.
Kondisi ini diperparah dengan rendahnya serapan anggaran pada semester pertama 2025. Realisasi keuangan masih jauh dari target, sementara beban belanja terus meningkat.
“Jangan terus berlindung di balik masa lalu. Sekarang Anda pemegang mandat, bukan komentator sejarah,” kritik, tokoh muda Aceh Selatan yang saat ini merupakan fungsionaris PB HMI Pusat itu.
Begitupun, masyarakat juga mulai mempertanyakan sejauh mana langkah konkret Bupati dalam melakukan efisiensi belanja.
Sebab, hingga kini, belum ada pemangkasan belanja perjalanan dinas, kegiatan seremonial, maupun anggaran honorarium yang membengkak.
“Kalau bicara efisiensi, tunjukkan datanya. Pangkas dulu anggaran konsumtif di sekretariat dan dinas-dinas. Jangan hanya jargon,” sindir Mahdi.
Tidak hanya itu, sejumlah pihak juga mendesak agar Bupati memaksimalkan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini belum tergali optimal.
Sektor tambang galian C, retribusi pasar, dan pengelolaan aset daerah disebut-sebut masih berpotensi besar mendongkrak pendapatan daerah.
“Kalau Bupati merasa ada masalah warisan masa lalu, buka saja ke publik. Bentuk tim audit independen. Jangan setengah-setengah,” sebut Mahdi.
Masyarakat Aceh Selatan sudah cukup lelah dengan narasi saling menyalahkan. Kini waktunya bertindak. Pemimpin dituntut membawa solusi, bukan alasan.
‘Transparansi, efisiensi, dan keberanian mengambil keputusan strategis adalah kunci keluar dari krisis fiskal ini,” tutup Mahdi.**