Dalam tulisannya di media online, Riski Alfandi, Ketua HMI Komisariat Fakultas Pertanian USK membuat tamsilan bahwa Aceh Selatan merupakan kutukan bagi putra daerahnya yang telah sukses dan hebat di perantauan.
Pernyataan Riski ini tentu didasari dengan hasil riset dan kajian akademis sehingga disampaikan ke publik.
Meskipun terkesan sedikit tendensius,tapi tulisan tersebut sedikit menggambarkan keadaan dan kondisi Aceh Selatan yang selalu identik dengan ketelatan.
Untuk menjawabnya, saya memulainya dengan proses politik yang selama ini terjadi di Kabupaten Aceh Selatan.
Hampir semua birokrat,politisi, pengusaha bahkan akademisi asal Aceh Selatan yang sudah sukses dan hebat di luar, pasti dia akan pulang ke Aceh Selatan meskipun dalam momentum politik.
Alm. Muhyan Yunan misalnya, pulang kampung maju sebagai Calon Bupati Aceh Selatan yang saat itu masih dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) . Tapi saat itu, Muhyan Yunan kalah dengan T.Machsalmina Ali yang lebih banyak memperoleh suara.
Muhyan Yunan adalah salah satu putra Aceh Selatan yang memiliki latar belakang Birokrasi yang mumpuni dan disegani saat itu di Provinsi Aceh.
Selain aktif di Birokrat, Muhyan Yunan juga aktif di organisasi sosial kemasyarakatan. Jabatan ketua Ikatan Kemasyarakat Aceh Selatan (IKAMAS) Banda Aceh pernah dijabatnya.
Begitupun dengan Alm.T.Saipul Ahmad, politisi kawakan asal Aceh Selatan yang lama bermukim di Jakarta juga pernah mencalonkan diri sebagai calon Bupati Aceh Selatan.
Namun, dari pemilihan yang masih dilakukan oleh DPRK, T.Machsalmina Ali berhasil mempertahankan jabatannya untuk periode kedua.
Pada tahun 2007, sistem demokrasi berubah. Pemilihan kepala daerah tidak lagi dipilih oleh DPRK, melainkan dipilih secara langsung oleh masyarakat.
Saat itu ada 13 (tiga belas) pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan yang ikut konstentasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Beberapa putra Aceh Selatan yang selama ini merantau pulang kampung untuk ikut andil dalam Pilkada tersebut.
Sebut saja, akademisi Univesita Syiah Kuala (USK) Daska Aziz yang saat itu berpasangan dengan Husin Yusuf.
Mawardi Adami yang saat itu berpasangan dengan Harpana Hasan, dan mantan Kemenag Abdya Alm.Zulkarnaini yang saat itu berpasangan dengan Tio Achriyat.
Hasilnya Pilkada 2007 saat itu dimenangkan oleh Husin Yusuf dan Daska Aziz.
Pada Pilkada 2013 beberapa putra Aceh Selatan yang selama ini berada di perantauan juga pulang kampung untuk ambil bagian dalam kontesntasi lima tahunan tersebut. Sebut saja, Alm. T.Sama Indra, Muhammmad Saleh, Wahyu Waly dan Irwan Yasin.
Hasilnya, Pilkada 2013 dimenankan oleh Alm.T. Sama Indra berpasangan dengan Kamarsyah.
Lalu, pada Pilkada 2018, dari 7 (tujuh) pasangan Calon yang ikut, hanya H.Mirwan yang merupakan perantauan yang pulang kampung untuk ikut Pilkada, selebihnya putra daerah yang selama ini menetap dan pernah mengabdi untuk Aceh Selatan.
Hasilnya, Pilkada 2018 dimenangkan oleh Alm. Azwir berpasangan dengan Tgk.Amran. H.Mirwan yang berpasangan dengan Zirhan saat itu harus puas berada pada posisi ketiga perolehan suara.
Terakhir, Pilkada 2024, dari 4 (empat) pasangan, hanya Tgk. Amran yang merupakan putra daerah yang selama ini menetap di Aceh Selatan. Sedangkan H.Mirwan, Darmansah dan Hendri Yono selama ini berdomisili di Jakarta dan Banda Aceh.
Hasilnya, Pilkada 2024 dimenangkan oleh H.Mirwan berpasangan dengan Baital Mukadis.
Beranjak dari fakta diatas, bisa disimpulkan bahwa, ternyata putra Aceh Selatan yang selama ini telah sukses dan berhasil di luar, akan pulang ke daerah saat momentum politik tiba.
Hal ini dilakukan sebagai upaya dan rasa kepedulian terhada tanah kelahiran yang begitu besar.
Bahwa kemudian Aceh Selatan belum maju, itu hanya soal waktu saja. Dan kalaupun belum Maju, maka ini menjadi tugas kita bersama untuk memajukannya.
Kita berharap kepada Bupati Aceh Selatan H.Mirwan agar memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) baik yang ada di dalam dan luar Aceh Selatan untuk bersama sama membangun Aceh Selatan.
Soal beda pilihan saat Pilkada, itu hanya proses sesaat saja. Sebab,politik itu dinamis, tak ada teman abadi dan tak ada lawan sejati. Tetap semangat Pak Bupati, mari bersama wujudkan Aceh Selatan Maju dan Pruduktif. (Red)
