ASPIRATIF.ID – Idul Adha tidak hanya menjadi momen penyembelihan hewan kurban, tetapi juga saat yang tepat untuk merenungkan makna terdalam dari pengorbanan. Heru Setiawan, Guru Dayah Najmul Hidayah Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen, mengajak umat untuk menggali nilai-nilai spiritual di balik ibadah qurban.
Menurutnya, kurban bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bentuk ketundukan dan kecintaan kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
“Kurban mengajarkan kita tentang keikhlasan dan kepasrahan total kepada Allah. Setiap tetes darah dan daging yang dibagikan adalah simbol pengabdian dan kepedulian,” ujar Heru.
Ia menekankan bahwa ibadah qurban seharusnya menjadi refleksi diri untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Heru juga memberikan motivasi bagi mereka yang merasa belum mampu untuk berkurban.
“Jangan berkecil hati jika saat ini belum bisa menyembelih hewan qurban. Mulailah dengan menabung sedikit demi sedikit. Jika kita menyisihkan Rp5.000 per hari saja, dalam sepuluh bulan kita sudah bisa mengumpulkan sekitar Rp1,5 juta—cukup untuk membeli seekor kambing,” tambah Heru.
Ia menambahkan, yang terpenting adalah niat dan usaha untuk berpartisipasi dalam ibadah mulia ini. Selain itu, Heru mengingatkan bahwa qurban juga memiliki dimensi sosial yang kuat.
“Daging qurban yang dibagikan bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menguatkan tali persaudaraan dan solidaritas antarumat,” jelasnya.
Ia berharap semangat qurban tidak berhenti pada hari penyembelihan, tetapi terus menginspirasi kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.[RAMA]
