Aspiratif|Banda Aceh– Sultan Razhi, Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Ar-Raniry, menegaskan penolakan keras terhadap rencana penambahan batalyon militer di Aceh.
Dalam pernyataannya, ia menyatakan bahwa Aceh tidak membutuhkan operasi militer, melainkan solusi atas darurat pembangunan, pendidikan, dan kepercayaan publik terhadap negara.
Sultan Razhi menyoroti bahwa penambahan pasukan militer tidak relevan dengan kebutuhan mendesak Aceh, seperti perbaikan infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
“Aceh bukan tanah operasi militer. Kami menolak kebijakan yang tidak menjawab akar masalah rakyat,” tegasnya.
Menurutnya, keamanan dan ketentraman tidak diciptakan melalui pendekatan represif, melainkan melalui keadilan, pemerataan ekonomi, dan dialog inklusif antara pemerintah dan masyarakat.
Ia mengingatkan bahwa Aceh memiliki sejarah konflik yang panjang, dan militerisasi berisiko membuka luka lama.
Pernyataan ini disampaikan atas nama Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Ar-Raniry, yang mendorong mahasiswa dan masyarakat Aceh untuk mengkritis kebijakan negara.
“Bangun sekolah, bukan barak; ciptakan lapangan kerja, bukan ketakutan,” seru Sultan.
Pernyataan resmi ini, hari ini Senin, (7/7/2025) di Banda Aceh, sebagai respons atas rencana pemerintah menambah pasukan militer di wilayah Aceh.
Sultan Razhi mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama pemuda Aceh, untuk terus menyuarakan penolakan terhadap militerisasi terselubung dan mendorong pembangunan manusiawi.
“Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Aceh!” tutupnya.[Rama]
