ASPIRATIF.ID – Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Marthunis, ST DEA secara resmi membuka kegiatan Deep Learning Training and Workshop (DLTW) yang digelar oleh TEFLIN Korwil Aceh di Aula Cabang Dinas (Cabdisdik) Banda Aceh dan Aceh Besar, Kamis (23/5/2025).
Kegiatan ini diikuti puluhan guru Bahasa Inggris dari seluruh SMA se-Aceh dan berlangsung selama dua hari di Banda Aceh, 23 sampai 24 Mei 2025.
TEFLIN (The Association of Teaching English As a Foreign Language Indonesia), merupakan asosiasi profesi pengajar Bahasa Inggris yang menjadi wadah bagi anggotanya untuk berbagi informasi dan upgrading keterampilan dan pengetahuan.
Pelatihan yang digelar secara luring ini juga turut dibuka secara daring oleh Presiden TEFLIN Pusat, Prof. Utami Widiati.
Hadir dalam kegiatan ini, Kabid Pembinaan SMA dan PKLK Disdik Aceh, Syarwan Joni MPd, Plt. Kacabdisdik Banda Aceh dan Aceh Besar, Jon Abdi MPd, Kasi Manajemen GTK Cabdisdik Banda Aceh dan Aceh Besar, Masrul MPd, Pengawas SMA, Samsul Bahri SPd MEd, Ketua MGMP Bahasa Inggris Banda Aceh, Michael Tianame MPd, serta para undangan lainnya.
Dari unsur perguruan tinggi, turut hadir Ketua TEFLIN Korwil Aceh sebagai ketua panitia acara, Prof.Zulfadli A Aziz, dan Kepala UPT Bahasa Universitas Syiah Kuala, Dr. Kismullah.
Acara diawali dengan pemutaran lagu Indonesia Raya dan Hymne TEFLIN, dipandu oleh Kepala SMP Negeri Unggul Calang, Viza Viza Suhana SPd MTSOL yang juga finalis Kepala SMP Inspiratif tingkat nasional.
Kadisdik Aceh, Marthunis Marthunis tampak terharu saat mendengarkan Hymne TEFLIN diputarkan.
“TEFLIN strives for the best, not the second best,” ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta.
Marthunis mengajak para guru untuk menghidupkan kembali semangat dan visi besar masyarakat Aceh
yang pernah menyebut dirinya sebagai bangsa teuleubeh ateuh rueng donya.
Menurutnya, ungkapan tersebut bukan sekadar nostalgia atau bahan olok-olokan, melainkan cita-cita dan mimpi besar Aceh untuk tetap hadir dan diakui dalam percaturan dunia internasional.
“Salah satu kuncinya adalah bahasa, terutama Bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional utama saat ini, di samping Mandarin, Spanyol, dan Jerman,” sebut Marthunis.
Dikatakannyanya, pelatihan ini adalah bagian dari upaya konkret untuk mewujudkan mimpi tersebut.
“Melalui pendekatan pembelajaran mendalam, para guru kita ajak membumikan Bahasa Inggris dengan lebih efektif, bermakna, dan menyenangkan,” ungkapnya.
Marthunis juga menekankan, bahwa penguasaan bahasa dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi engangguran di Aceh.
“Bahasa membuka akses ke dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri,” ucap Marthunis.
Ditambahkannya, kami akan terus meningkatkan kualitas kegiatan di Disdik Aceh, termasuk uji kompetensi guru dan siswa.
Kemudian sambung Marthunis, kita juga akan menggandeng UPT Bahasa dari perguruan tinggi seperti, USK dan UIN Ar-Raniry agar asesmen kompetensi kita lebih akurat dan terpercaya.
Ketua TEFLIN Korwil Aceh, Prof Zulfadli Aziz dalam laporannya menjelaskan, bahwa workshop ini merupakan bagian dari kampanye nasional TEFLIN terkait pembelajaran mendalam dalam pengajaran empat keterampilan Bahasa Inggris: listening, speaking, reading, dan writing.
“TEFLIN memiliki 20 chapter di seluruh Indonesia. Saat ini semuanya sedang mengadakan sosialisasi pendekatan deep learning di wilayah masing-masing,” jelas Zulfadli.
Ia juga menyampaikan, pengamatannya terkait kondisi guru di Aceh. Ada tiga tipe guru. Pertama, guru yang sudah siap berdiri di depan kelas dan siap dengan berbagai dinamika kurikulum.
Kedua, guru yang belum siap tapi punya potensi untuk ditingkatkan, dan ketiga, guru yang tidak siap dan juga tidak memiliki keinginan maupun potensi untuk berkembang.
Workshop ini dipandu empat orang master Tltrainer TEFLIN Aceh yakni, Prof. Zulfadli Aziz (Ketua Korwil TEFLIN Aceh), Dr Kismullah (Kepala UPT Bahasa USK), Eridafithri SOd MTSOL (Guru SMA dan instruktur nasional), dan Marisa Yoestara SPd MA (Dosen FKIP Bahasa Inggris).
Sementara itu, Prof. Utami Widiati dalam sambutannya secara daring berharap, para guru mengikuti pelatihan ini dengan seksama.
“Kami dari TEFLIN pusat akan terus memantau dan menerima laporan dari semua wilayah. Semoga workshop ini menjadi bagian dari proses peningkatan kualitas guru Bahasa Inggris kita,” pungkasnya.[]
