Oleh: Anis Syahputra, S.HI (Penyuluh Agama Kec.Labuhan Haji Timur)
Puji Syukur kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia atas Pelantikan dan Penyerahan SK PPPK yang telah dilaksanakan dengan lancar.
Momen ini menjadi titik awal sekaligus amanah besar bagi kami untuk terus berkontribusi secara nyata dalam pelayanan keagamaan kepada masyarakat.
Di tengah pesatnya perkembangan era ekonomi kreatif, peran penyuluh agama tidak lagi terbatas pada urusan spiritual semata. Penyuluh agama kini dihadapkan pada tantangan dan peluang baru, di mana aspek keagamaan perlu dikolaborasikan dengan nilai-nilai pemberdayaan sosial dan ekonomi umat.
Transformasi peran ini menjadi semakin relevan seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendekatan holistik dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan beretika.
Era ekonomi kratif menghadirkan perubahan besar dalam pola hidup masyarakat, termasuk dalam cara menyampaikan dan menerima nilai-nilai keagamaan.
Penyuluh agama sebagai ujung tombak dakwah dan pembinaan ummat dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan esensi dakwah islam.
Peluang : Spiritualitas dalam Arus Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif ditandai dengan pemanfaatan ide, kreativitas, dan inovasi sebagai sumber utama dalam menciptakan nilai ekonomi.
Di sinilah penyuluh agama memiliki peluang besar untuk menanamkan nilai-nilai etika, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dalam kegiatan ekonomi berbasis kreatif.
Produk-produk halal, konten dakwah digital, usaha mikro berbasis komunitas masjid, hingga pengembangan koperasi syariah adalah contoh area yang bisa dikembangkan bersama masyarakat.
Penyuluh agama juga dapat mengambil peran sebagai fasilitator atau motivator dalam pengembangan kewirausahaan berbasis nilai agama.
Dengan pendekatan dakwah yang kontekstual, penyuluh bisa mendorong umat untuk memanfaatkan potensi lokal dan teknologi digital guna menciptakan produk kreatif yang bernilai jual.
Peran Strategis Penyuluh Agama
Dalam konteks ini, setidaknya terdapat tiga peran utama penyuluh agama:
Edukator Moral-Ekonomi
Penyuluh bertugas memberikan pemahaman tentang pentingnya etika bisnis dalam Islam, seperti kejujuran, amanah, larangan riba, dan pentingnya keadilan dalam muamalah.
Motivator Pemberdayaan Umat
Penyuluh bisa menjadi motor penggerak semangat wirausaha umat, terutama di kalangan generasi muda dan kelompok rentan ekonomi, melalui pendekatan yang membangkitkan kesadaran spiritual dan tanggung jawab sosial.
Mediator Program Pemberdayaan
Dengan jejaring yang dimiliki, penyuluh dapat menjembatani umat dengan lembaga keuangan syariah, pelatihan usaha, maupun program pemerintah dalam penguatan ekonomi umat.
Hambatan yang Dihadapi
Meski berpotensi besar, penyuluh agama juga dihadapkan pada berbagai hambatan, di antaranya :
Keterbatasan Kapasitas dan Pelatihan
Banyak penyuluh agama belum memiliki kemampuan teknis dalam bidang ekonomi atau kewirausahaan, sehingga memerlukan pelatihan tambahan agar dapat berperan maksimal.
Kurangnya Kolaborasi Lintas Sektor
Minimnya sinergi antara penyuluh agama, pemerintah daerah, dan pelaku usaha sering menghambat implementasi program pemberdayaan ekonomi umat.
Pandangan Masyarakat yang Masih Sempit
Beberapa masyarakat masih memandang bahwa tugas penyuluh agama hanya sebatas ceramah keagamaan, bukan pemberdayaan ekonomi. Ini menyebabkan rendahnya dukungan terhadap inisiatif yang bersifat ekonomi.
Kurang memahaminya Sosio-Kultur masyarakat
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Penyuluh Agama, terutama yang ditempatkan diluar daerah asalnya adalah minimnya pemahaman terhadap sosio-kultur masyarakat setempat.
Perbedaan latar belakang budaya, bahasa, adat istiadat, serta cara pandang masyarakat terhadap agama sering kali menjadi hambatan dalam menyampaikan pesan dakwah secara efektif.
Penyuluh agama memiliki potensi strategis dalam menjembatani spiritualitas dan ekonomi kreatif. Untuk itu, perlu adanya pembaruan paradigma dan peningkatan kapasitas agar penyuluh agama dapat beradaptasi dengan tantangan zaman.
Kolaborasi dengan berbagai pihak serta pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci agar peran ini bisa berdampak lebih luas dalam membangun umat yang mandiri secara ekonomi namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai agama.[]