ASPIRATIF.ID – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh, Netap Ginting, menilai sudah saatnya Aceh memiliki pabrik refinery (minyak goreng) dan mengekspor Crude Palm Oil (CPO) secara mandiri melalui pelabuhan di wilayah sendiri.
Terlebih saat ini potensi industri hilir kelapa sawit di Aceh sangat besar dengan produksi CPO mencapai 1,2 juta ton per tahun.
“Untuk hilirnya, sudah saatnya Aceh memiliki pabrik refinery dan melakukan ekspor CPO sendiri melalui Pelabuhan Calang untuk kawasan pantai barat-selatan dan Pelabuhan Krueng Geukueh, Lhokseumawe untuk pantai timur,” ujar Netap Ginting , Senin 13 Oktober 2025.
Menurutnya, selama ini CPO dari Aceh diekspor melalui Pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung di Sumatera Utara dengan biaya angkut sekitar Rp 400 per kilogram menggunakan mobil tangki CPO.
“Jika Aceh bisa ekspor sendiri melalui pelabuhan yang ada di wilayah kita, maka biaya angkut dapat ditekan secara signifikan. Dampaknya, pendapatan daerah meningkat, harga TBS naik, dan lapangan kerja baru terbuka,” ungkap Netap.
Ia juga menegaskan pengembangan industri hilir sawit di Aceh bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang kemandirian daerah dan kesejahteraan petani.
Menurutnya, pemerintah provinsi harus berani mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan potensi besar sektor kelapa sawit yang selama ini belum tergarap optimal.
“Sudah saatnya Aceh tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tapi juga menjadi pemain utama dalam rantai nilai industri sawit nasional,” pungkasnya.[]
