Menu

Mode Gelap
 

Nasional · 27 Agu 2025 13:59 WIB ·

3 Kali Kasus Keracunan MBG di DIY dalam Sebulan, Lebih dari 1.000 Siswa Jadi Korban 


 3 Kali Kasus Keracunan MBG di DIY dalam Sebulan, Lebih dari 1.000 Siswa Jadi Korban  Perbesar

ASPIRATIF.ID —  Kasus keracunan Makan Bergizi Gratis kembali terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ini adalah ketiga kalinya kasus keracunan MBG terjadi di DIY dalam sebulan terakhir, membuat lebih dari 1.000 siswa jadi korban dari program adalan Presiden Prabowo Subianto.

Kasus terbaru ini tepatnya terjadi di SMP Negeri 3 Berbah, Kabupaten Sleman. Total ada sebanyak 137 siswa yang mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG yang dibagikan di sekolah itu.

“Yang terdampak 137 siswa, dirujuk ke Puskesmas dua siswa, kondisi bagus dan rawat jalan. Tidak ada yang dirujuk ke RS,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dr. Khamidah Yuliati, Rabu (27/08/2025).

 “Masih diduga pasca makan MBG, belum pasti penyebabnya,” sambung dia.

Yuliati menyampaikan bahwa para siswa yang diduga mengalami gejala keracunan makanan sudah ditangani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas.

“Insya Allah keadaan aman terkendali,” ujar Yuliati.

Dua Kasus Sebelumnya 

Belum lama ini, kasus keracunan MBG juga terjadi pada siswa di empat SMP di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, jumlah yang mengalami gejala keracunan ada 379 orang.

Dari jumlah itu, ada sebanyak 18 siswa yang sempat menjalani rawat inap di rumah sakit.

Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan, ditemukan adanya cemaran tiga bakteri.

“Kami sampaikan bahwa keracunan pangan yang terjadi di Kecamatan Mlati kemarin itu masih dimungkinkan karena cemaran dari bakteri Escherichia coli, kemudian Clostridium species, dan Staphylococcus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, Selasa (26/8/2025).

Selain di Sleman, kasus keracunan massal juga dialami siswa di Kulon Progo usai mengonsumsi MBG pada akhir Juli lalu.

Total terdapat 497 siswa terdampak, yang tersebar di dua sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama.

Dari jumlah tersebut,hanya satu siswa yang menjalani rawat inap di RSUD Wates,dan hanya selama dua malam.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo memastikan penyebab keracunan massal yang dialami 497 pelajar MBG.

Hasil uji laboratorium dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta menunjukkan sampel makanan yang dikomsumsi siswa terkontaminasi oleh tiga jenis bakteri berbahaya.

Ketiganya yakni, Bacillus cereus pada nasi, Staphylococus aureus pada tahu goreng dan sayur tumis, Escherichia coli (E.coli) pada semangka.

“Semua bakteri itu seharusnya tidak ada dalam makanan,” ujar Arif Mustafa,Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Rabu (20/8/2025).

Jika dijumlahkan, dalam sebulan ada 1.013 siswa jadi korban keracunan MBG.

Kontroversi Guru Diminta Cicipi MBG

Kasus keracunan yang terjadi di Sleman dan Kulon Porgo ini membuat Pemkab menyusun langkah pencegahan dengan meminta guru di sekolah untuk mencicipi menu MBG sebelum dibagikan kepada siswa.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Susmiarto,menekankan bahwa mencicipi dan memastikan keamanan MBG adalah tugas guru.

“Dinas Pendidikan sudah sering menyampaikan ke sekolah, kalau menerima MBG dari penyedia tolong dicek,dicicipi,dipantau.Guru itu tugasnya seperti itu,” kata Susmiarto Rabu (20/8/2025).

Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo ,Sri Budi Utama,juga menekankan bahwa pihak sekolah tidak boleh lagi sekedar menjadi penerima pasif.

Para guru diintruksikan untuk melakukan pengecekan kualitas makanan secara organoleptik,memeriksa bau dan rasa sebelum hidangan tersebut dibagikan kepada para siswa.

Namun langkah pencegahan ini mendapatkan penolakan dari para guru.

Salah saru guru SMP berinisial J mengatakan bahwa intruksi mencicipi MBG baru muncul setelah kejadian keracunan di Mlati.

Menurut J,hingga saat ini belum ada surat resmi terkait kewajiban mencicipi MBG, meskipun kepala sekolah sudah menyampaikan arahan tersebut.

“Menjadi gaduh di tempat kami.Gaduh karena dampak dari keracunan itu,seolah-olah kami kemudian menjadi korban dari kebijakan yang belum matang untuk distribusi makanan,” tegasnya.

Sekda Sleman pun akhirnya meminta maaf setelah pernyataannya meminta guru mencicipi MBG menuai kontroversi.

Ia juga meralat pernyataannya dengan menyebut bahwa guru bisa memastikan  keamanan makanan berdasarkan bentul,warna,atau aroma,tanpa harus mencicipi langsung.[]

SUMBER : KOMPAS.COM

banner 350x350
Artikel ini telah dibaca 63 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran Jelang 1 Tahun Prabowo-Gibran, Istana: Banyak Prestasi, tetapi Ada yang Harus Diperbaiki 

13 Oktober 2025 - 09:32 WIB

Dari Limbah Jadi Berkah: USK Ubah Ampas Kelapa Sabang Jadi Tepung Bernilai Tinggi dengan Teknologi Tepat Guna

12 Oktober 2025 - 21:38 WIB

Tengkorak Manusia Ditemukan di Puskesmas Bukit Gadeng, Tim Inafis Polres Aceh Selatan Lakukan Olah TKP

12 Oktober 2025 - 20:53 WIB

Camat Kluet Selatan Gelar Sosialisasi Pilchiksung Serentak Tahun 2025

12 Oktober 2025 - 19:51 WIB

Wakil Gubernur Aceh Buka Pekan Kebudayaan Aceh Barat 2025

12 Oktober 2025 - 14:15 WIB

Santri Yayasan Pendidikan Hafizh Cendekia Kunjungi Laboratorium Lapangan Peternakan USK

12 Oktober 2025 - 11:34 WIB

Trending di News